Rabu, Juli 01, 2009

Pemimpin Indonesia Masa Kini?

Menjelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, para calon atau kandidat yang akan bertarung di Pilpres tanggal 8 Juli 2009 mendatang, kini gencar-gencarnya mempromosikan diri, kalau dalam bahasa politiknya berkampanye, hampir di seluruh penjuru bumi pertiwi Indonesia. Ironisnya, tidaklah jarang diantara mereka yang saling serang dan saling menghujat satu sama lain.


Saling serang yang terjadi diantara para pasangan Capres dan Cawapres yang akan bertarung, kini banyak yang tidak sehat. Padahal mereka para kandidat Capres dan Cawapres tersebut telah sepakat jauh hari sebelumnya di hadapan para anggota Komisi Pemilihan Umum Indonesia, untuk bersama-sama menjujung tinggi sikap profesionalisme dan menjunjung tinggi sikap saling menghargai, serta berusaha untuk menjaga kaidah-kaidah dan norma-norma pemilihan presiden yang sedang berlangsung saat ini. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, tidak jarang di antara mereka untuk saling menjatuhkan satu sama lain.

Pertarungan yang kini terjadi di kalangan elit politik khususnya para kandidat calon pemimpin bangsa ini bak petinju bebas yang senantiasa berusaha untuk menjatuhkan lawannya dari arah mana saja, yang terpenting bagi mereka adalah bagaimna agar lawannya terjatuh dan kalah olehnya tanpa harus berpikir baik buruknya tindakan yang dilakukannya. Akhirnya muncullah black campaign, yang sering disaksikan di negara lain, ternyata di negeri ini pun telah mulai dibudayakan, kendati bukanlah budaya leluhur dan para pejuang sejati bangsa ini.

Telah kita saksikan bersama dan bahkan hampir semua media massa yang ada di negeri ini telah menginformasikannya, mulai dari media cetak sampai kepada media elektronik dan media maya, menggambarkan betapa calon pemimpin negeri ini telah melakukan pertarungan yang sengit, hingga akhirnya tidak jarang di antara mereka yang melakukan berbagai macam cara agar lawan politiknya jatuh di hadapannya. Tidak peduli itu etis atau tidak. Mulai dari saling menyerang dari segi pewatakan, karakter, kinerja, bahkan yang lebih parahnya lagi yang saling menyerang dari sudut pandang kepribadian lawannya. Menyerang pribadi lawan tentunya bukan sikap seorang kesatria. Saling mengkritik dan saling menyerang secara sehat tidaklah mengapa, sepanjang kritikan yang dilontarkan ke lawan tersebut sifatnya membangun.

Belum lagi berbicara money politic yang juga sering marak dilakukan oleh para kandidat politik yang ingin maju sebagai pemimpin bangsa, sekaligus menjadi salah satu penyebab cacatnya kanca perpolitikan tanah. Ini juga menunjukkan betapa bobroknya akhlak sebagian besar genarasi negeri ini, yang hampir setiap tindakan yang dilakukan dan dilakoni harus dimulai dengan cara yang tidak wajar, sehingga untuk memperoleh suatu pekerjaan atau jabatan pun juga harus ditukar dan dibeli dengan uang. Memang terkadang sesuatu yang buruk ketika menjadi kebiasaan alias dibiasakan akhirnya akan menjadi hal yang tidak tabuh lagi dan bahkan sudah dianggap sebagai sesuatu yang baik bagi kacamata pelakunya. Walaupun hal tersebut sangatlah bertolak belakang dengan hati nurani mereka.

Tidak adakah jalan lain yang dapat dilakukan dalam melakukan suatu persaingan yang dapat bersaing secara sehat, dan saling menunjukkan diri sendiri apa adanya? menunjukkan performance dan itikad yang baik merupakan hal yang bijak tentunya tanpa arus menjelek-jelekkan pihak lawan yang toh belum tentu mereka lebih buruk dari yang berusaha menjatuhkan tersebut. Usaha dan aksi nyata yang bersifat solusi konkrit ke arah perbaikan dan kesejahteraan rakyat negeri inilah yang merupakan hal paling mendasar dan paling dibutuhkan. Bukan sekedar wacana dan angan-angan belaka.

Beginikah wajah pemimpin Indonesia ke depan? Seperti inikah wajah para visioner Bangsa yang Indah ini di masa yang akan datang? Adalah hal yang sungguh sangat memiriskan, kala negeri ini nantinya dipimpin oleh orang-orang yang tidak memiliki konsistensi dan integritas terhadap dirinya terlebih lagi bagi Negaranya. Harapan Bangsa ini adalah mengharapkan sosok pemimpin yang pernah ada di Jaman kejayaan Islam, yang pernah ada di Jaman keemasan islam, dimana pemimpinnya betul-betul dapat menjadi panutan dan teladan bagi segenap rakyat yang dipimpinnya.

Dimanakah Umar bin Abdul Aziz yang amanah dan penyayang dari Negeri ini? dimanakah Umar bin Khattab yang gagah berani dan penyantu dari nageri ini?. Mereka bukan hanya pernah ada di Zaman dahulu yang hanya dapat dikenang penduduk mayapada ini. Namun mereka sebenarnya ada di antara kita, akan tetapi belum tersadari dan belum menampakkan diri dengan jelas.


Hiduplah negeriku dan bangkitlah Indonesiaku. Jayalah selalu, kibarkanlah panji kebesaranmu.

0 komentar:

Pengikut

  © Blogger templates Editor template by Editor 2008

Back to TOP